My photo
Currently seeking therapy through literature. Wrote a novel once, Eccedentesiast (2013), and will proceed on writing casually. Don't take these writings seriously, don't let it question yourself.

Monday, September 23, 2013

Kecup Sebuah Senja

Satu titik kita bertemu,
kembali pada putaran yang sama.
Sekali lagi aku begini,
kembali, aku yang terpungkiri?

Langit bercorak hangat,
tapi Surya menangis lebat.
Satu titik telah kembali,
dibawah daun hijau,
mereka menari.

Hangat, lembut,
rupanya menjadi satu hati.
Senyum tulus, rupawan,
rupanya mereka bahagia.

Namun, satu titik
jangan pergi?

Sadar,
aku hanya sekecup angin senja
untukmu.

2 comments:

Unknown said...

Senja itu pertemuan terang dan malam
Kenapa suka senja?
Tidak terang tidak gelap
Nyaman sentuh semu
Heh! Nak takut pilih satu?

Tutup mata kala senja
Barang sejentik jari
Hendak kau buka lagi
Tak ada beda sama buta

Tiara ♥ said...

Gelap yang bukan malam menakutkan.
Gelap yang malam itu, bualan.
Senyum dusta rembulan;
bermandikan kerancuan.

Lahirnya Surya rupanya
indah.
Ternlena sibuk ibu Kota,
Surya telah terlupakan.

Sebelum buta
bertemu senja.
Antar gelap terang,
dua benua.
Senja itu tidak pasti,
seperti hidup yang akan mati.

Dan untukku,
aku tetap menanti
semua yang tidak pasti.