My photo
Currently seeking therapy through literature. Wrote a novel once, Eccedentesiast (2013), and will proceed on writing casually. Don't take these writings seriously, don't let it question yourself.

Thursday, March 7, 2013

Diantara

Kalau memang betul dunia ini fana, 
kalau memang betul kamu hanya imajinasiku,
aku bersyukur pada 'Sang Pencipta,'
atau entah pada siapa,
aku, dengan semua batasanku, dapat menciptakan imajinasi sebegini indahnya. 

Manusia seperti kamu dan aku hanya seperti partikel debu dalam semesta ini. Hanya dalam waktu sementara yang singkat kita menatap mata dan pada hari kemudian, kamu mengucap perpisahan. Seperti memang layaknya semua kesementaraan pada dunia ini. Kenangan yang terbengkalai dan terdiam lemas diantara genangan fikiran dan perasaan, menarik perhatianku. Sepertinya baru kemarin kita bertemu, baru kemarin kita berjabat tangan. Pada hari ini, sudah saja kita dengan cerobohnya menjatuhkan hati masing-masing dan mengambilnya bersama. Dengan lugunya kita berpegangan tangan tanpa sengaja lalu memerah, tersipu malu. 

Kalau memang betul sempurna itu bohong,
kalau memang betul kamu adalah kesalahan,
aku bersyukur aku membuat keputusan yang salah.
Aku, dengan semua ketidak lengkapanku, menjadi lebih lengkap denganmu.

Hari yang membuat kita terpaksa berpisah telah berjalan semakin dekat menuju kita. Semakin kita sering bersama, semakin sepertinya waktu malah berlari, bukan lagi berjalan. Aku tidak tahu apa yang harus aku lalui dan bagaimana aku akan menghadapi perpisahan nanti. Yang menyeramkan bukanlah bagian disaat kita berpisah, tetapi disaat kita merasakan rasa kehilangan itu diantara luang waktu yang hampa dan sepi. Yang menyakitkan bukanlah saat melihatmu pergi dan tidak bisa berkutik atau melakukan apapun untuk mengubahnya. Melainkan ketidakpastian yang masa depan bawa. Apakah kita akan bertemu lagi? Dan bagaimana reaksi kita, saat kita melihat masing-masing paras yang dulu sering membawa senyum dan bahagia pada satu sama lain. 

Aku tidak akan tahu kapan kita akan dipertemukan lagi, oleh alun-alun waktu yang bergelombang. Dan ini menakutkan.

Yang aku harap, suatu hari diantara ketidak tahuanku, aku berjalan di  sebuah jalanan biasa yang entah dimana, tanpa ada ekspektasi apapun, tanpa ada rencana apa saja. Jalanan satu diantara berjuta miliar jalanan lainnya di dunia ini, aku harus saja melewati jalan ini. Entah untuk kepentingan apa atau untuk siapa, atau kenapa. Dan ternyata, dalam ketidak sengajaan, aku melihat senyum khas itu diantara kesibukan kerumunan ikan yang terbang bebas di laut membuta ini. Dan akhirnya pada hari itu, hari yang aku pikir biasa dan waktu yang tidak pernah pasti... kita dipertemukan kembali.

No comments: