My photo
Currently seeking therapy through literature. Wrote a novel once, Eccedentesiast (2013), and will proceed on writing casually. Don't take these writings seriously, don't let it question yourself.

Sunday, October 6, 2013

Acknowledgement

Rabu, 2 Oktober 2013.

Hari besar! Bukan hari raya apapun yang general atau common tapi hari besar buat gue. Hari dimana buku pertama gue... terbit! YEAY! Mumpung sekolah gue lagi mengadakan Literacy Months (yang dimana adalah sebuah perayaan mengenai kesastraan), dan mengundang salah satu penulis ternama di Indonesia; Clara NG, jadi gue ikut sekalian disuruh nimbrung acara sebagai the first student from Victory Plus School to ever write a book and publish it. Judul bukunya Eccedentesiast dan diterbitkan oleh Aksara Bermakna. Pada acara hari itu, gue disuruh jadi pembukaan selama 15 menit, menjadi seseorang yang ditanya-tanya mengenai bukunya. Sort of like an interview, with a writer. Malu banget, temen-temen gue duduk paling depan di Amarta Hall dan adek-adek kelas juga (kelas 9 dan 11) mereka bener-bener diem dan merhatiin gue. Funny, biasanya gue yang jadi MC acara-acara seperti ini dan gue yang berinteraksi dengan seorang individu yang menjadi subyek acara, but today, I was the center of the attention. It felt really weird. Selama sesi ini diadakan, ada satu pertanyaan yang gue belom jawab dengan lengkap, which is: To whom would you like to thank, for all of this achievement you have? Jadi sekarang, gue mau dengan lengkap menulis nama-nama mereka semua yang ada buat gue selama ini. Here's to you guys, the acknowledgment of Eccedentesiast.

Bismillah,

Pertama-tama terimakasih pada teman-teman yang selalu ada disitu jadi tempat curhatan gue. Temen anak Global Prestasi, Victory, adek-adek kelas dan temen-temen luar sekolah. Maaf gak bisa sebut semua. Untuk sekolah Victory Plus dan guru-gurunya, staff dan juga kepala sekolah tercinta, terimakasih karena selalu support this project and believing in me that I can do this. Thank you for the facilities and the helps you have given.

Lalu para sahabat-sahabat. Berawal dari Varinia Valentino, sahabat gue dari gue bayi sampe SMA, suka kadang-kadang saling bete, saling selek lalu ketawa ketiwi lagi. We have grown up into two people who understands so well about each other meski kadang suka gak sepaham, tapi kita selalu bisa balik lagi ke normal. Namanya pendewasaan persahabatan, dan gue sayang banget sama dia karena buat gue dia rela malem-malem kerumah gue dengan alasan belajar Bisnis padahal ada urusan lain hahaha. Berikutnya BEJATS! Via, Nonik, Diva, Kana! Yang sering banget nongkrong di Citos pulang sekolah, gossip gak jelas, curhat gak jelas, lebih yang paling gak jelas itu ketawanya. Entah apa aja bisa diketawain sama kami. Tapi mereka kaya Vanya, mereka nerima gue kalo gue lagi susah, gak cuman ada disaat gue lagi penuh seri dan ceria. Alifah Ghina Maharani, my very own supir dan gue sebagai kacungnya (kacung supir nih gue ceritanya) yang rela dengerin gue curhat sampe kuping panas, yang gue sering curhatin, gossipin, sama sih sama kaya Vanya dan Bejats, tapi... aahh mereka semua deh emang the best of the bests! Firas Muda Ghassani. Biasanya dulu kita tiap malem telfonan, sering banget gue curhat ke Fira, bilang kangen mantan lah (eh), kangen ini lah, itu lah, nyokap lah dan banyak lagi deh.

Bener-bener gak ngerti lagi, Fira sams Alfredo Dwi A. rela kerumah gue, padahal rumah mereka jauh banget dari rumah gue, buat beliin makan buka bersama sama bokap gue dan juga tiba-tiba nimbrung setan dari kolong jembatan si Alifah. Seru banget mereka bertiga selalu ada disitu gila banget. Airlangga Rahmadi, meski kenal karena ternyata dia temennya temen-temen gue, dia sering juga gue curhatin dan dia suka curhat ke gue mengenai mantannya. Kita pernah galau bareng dan jalan bareng juga sam Firas sama Adam. Nah.. Adam. Adam Silaen. Orang yang selama lebih dari 10 bulan ada terus disitu buat gue, dalam kondisi keluarga gue lagi berantakan banget, yang rela denger gue depresi berulang kali tanpa capek, tanpa gimana-gimana dia selalu percaya sama gue dan dia... he was the best. Aldo! Partner in crime gue sama si Alfiansyah juga! Meski kenal dari temen-temen yang lain, dan bukan temen langsung, tapi akhirnya gue ke Aldo sama Alfi jadi deket banget dan mereka suka curhat ke gue dan gue curhat ke mereka soal hidup tuh nyambung banget. Dan tentunya, yang sekarang lagi sibuk sama pelayarannya, Frans Gilbert. Ini orang, ini partner gue yang paling-paling gue banggain. Yang tadinya cuman anak main yang gak percaya diri bakal keterima di Pelayaran, sekarang dia tanpa bantuan link or networking dia bisa masuk pelayaran purely because of his effort. Gue bangga banget sama dia. Dan Frans ngerti gue kalo gue lagi males ngomong sama dia, ngerti kalo gue lagi seneng, ngerti. Ngerti gue banget.

Pokoknya, Vanya, Bejat, Alifah, Fira, Edo, Adam, Angga, Aldo, Alfi, Frans, mereka semua gak ninggalin gue pas gue lagi susah. Mereka ada, mereka disana. Mereka nerima gue apa adanya, and all the luggage I brought in my life. 

Adek-adek kelas in specific yang sering hang out sama gue dan mau aja gue telfon kalo lagi pada gak bisa gue curhatin adalah Nazry, Gio. Gila itu dua manusia paling ngerti gue banget, Gio peka banget sama perasaan gue, Nazry kata-katanya bijak dan dia bisa ngertiin gue juga. Gue beruntung punya adek kelas yang bisa ngertiin gue kaya gue dingertiin sama anak seangkatan gue sendiri, padahal mereka 2 taun dibawah gue. Kalo Ryan? Ryan juga temen curhat, tapi lebih sering dia yang berguru ke gue haha. So thank you you three kids, when I graduate I'm going to miss you guys too.

Untuk keluarga, gue cuman bisa bener-bener ucapin terimakasih sama Papa dan Mama. Bener-bener tanpa... mama dulu deh ya. Tanpa mama, aku tuh bukan apa-apa. Mama yang ngedidik aku mandiri dari aku kecil, kalo ngompol harus aku yang beresin sendiri bahkan di tengah malem pun. Aku gak boleh cengeng karena katanya mama gak suka anak perempuannya cengeng. Harus tough! Harus bisa ngadepin hidup yang susah, dan nyokap gue... nyokap gue bener-bener ngajarin semuanya. Bahkan di hari-hari sakitnya dia, dia masih sempet mengajarkan dan menginspirasikan gue mengenai kehidupan. Bahkan di hari akhirnya. Dan untuk Papa, seorang pahlawan sejatiku, yang bener-bener sayang banget sama aku sampe berani malu, banting tulang buat aku, terimakasih karena telah memperjuangkan keluarga ini. Meskipun susah, dengan kondisi kami, papa selalu ada disini untuk bikin suasana meriah. Papa, semenjak mama pergi, papa selalu ngertiin aku. Kalo aku lagi bad day, bad mood, PMS, lagi seneng, lagi ketawa gajelas, lagi keluyuran papa selalu ngerti dan percaya sama aku. Memperlakukan aku seakan aku bukan anak yang harus dikekang tapi seorang teman yang di respect dan dipercaya. My parents are the best parents I will ever have. Meskipun keluarga ini susah dan banyak rintangan, kalau disuruh tukeran keluarga sama yang lebih makmur tapi bukan sama mama Ati dan papa Yendi aku gak mau. Aku bersyukur.

Untuk tim management Aksara Bermakna, terimakasih karena sudah membaca buku ini dan berani mengambil kesempatan untuk menerbitkannya. Meskipun dalam bahasa inggris, dan rintangan untuk memasarkannya lebih sulit dari pada buku bahasa Indonesia, mereka tetep mau take the chance and publish my book. In hopes, people will be inspired by this. Amin. Thank you kepada Oom Nugroho dan keluarga yang memimpin proyek ini dan juga Ms. Eva, editorku yang bisa diajak ngobrol sebagai temen juga. Dikelilingin orang baik hati, adalah sebuah anugerah. 

Untuk ibu Dewi Lestari -Dee. Ibu suri, terimakasih banyak karena buku aku udah ibu Dee baca. Diantara kesibukan ibu Dee, aku bersyukur ibu Dee masih mau membaca karya tulis seorang murid SMA yang sama sekali gak abis pikir karya novelnya bisa di endorse dan di review oleh ibu Dee. Aku adalah fans berat ibu Dewi Lestari dan aku bener-bener speechless waktu tau ternyata buku aku di endorse dia. 

And last, but definitely not the least, gue mau berterimakasih banyak kepada Tuhan Yang Maha Esa. Allah SWT, the One and Only, the Alpha and the Omega, the Beginning and the End. Yang Maha dari segala macam Maha. Yang benar-benar tahu rencana terbaik buat gue, dan proses agar gue, bisa mencapai apa yang gue capai sekarang. Meskipun pedih, perih, penuh dengan air laut asin menjeram, ternyata itu semua hanya cobaan belaka yang akan membuahi sebuah pelajaran yang indah dan manis. Proses itu adalah sesuatu yang paling sulit untuk dilaksanakan. Tapi kata mama, Tuhan tidak akan pernah memberi sebuah cobaan yang lebih dari batasannya manusia itu. Dan aku sekarang bener-bener bersyukur atas semua kejadian dalam hidupku karena ini sekarang membuahi sebuah pribadi yang semoga menjadi lebih baik dari waktu ke waktu. Terimakasih Tuhan telah memberikan aku the chance to be a better person, a more mature and wise person. Aku benar-benar bersyukur atas gelap terangnya hidupku.

Again, to everybody in my life, I would like to thank you for all the times you have wasted on me. Thank you for everything you have given. Ultimately thank You God, for this life you've given.

Cheers. 
A. Tiara

No comments: