Setelah sebulan terkekang dalam berbagai urusan, aku dapat berkelana dengan bebas lagi hari ini. Terbang kesana kemari seperti burung yang entah hilang atau bingung. Dari pada dirumah sendiri ditinggal pergi ayahku yang bekerja, aku memutuskan untuk menghilang dari peredaran, terbang ke sangkar dimana biasanya aku menyendiri menikmati langit dan angin semilir dengan MP3 yang memainkan lagu hits yang aku sedang suka. Ah, memikirkan ide melakukannya saja sudah membuat hati lebih meriah, dari pada tertempel di sofa ini saja, menonton apa yang sebenarnya tidak pula jelas di TV ini.
Adzan maghrib sedang berkumandang, aku bersiap diri dan mengambil kunci motor yang tergeletak begitu saja diatas meja ruang tengah. Anginnya sedang bersahabat hari ini, satu tapak saja diluar rumah sudah merasa sedikit terbebaskan dari kepenatan yang rumah ini tanamkan. Dengan perlahan aku menyalakan motor dan kebebasan sepenuhnya di tanganku. Aku menengadah sedikit mencari Tuhan diatas, dan yang aku temukan malah segelintir awan yang berceceran, dilangit yang sedang bertransformasi warna dari kuning kejinggaan menjadi ungu dan biru tua. Malam gelap ini diterangi sinar bulan penuh yang tanpa segan melontarkan cahayanya dengan bebas diantara bintang-bintang yang menari diatas sana dalam dunia gemerlap mereka sendiri. Hari ini penuh dengan kebebasan, untuk semuanya.
Aku memarkirkan motor diantara semak hijau dipinggir jalan dan turun, aku naik keatas tanggul disebelah kali besar ini dan duduk saja sendiri. Pandanganku bebas menatap perbentangan langit dan pepohonan yang menyatukan tanah dan perbentangan itu. Bintangnya manis sekali, dimana-mana berceceran begitu saja seperti seseorang sengaja melemparnya keberagam arah agar mengisi semua titik hening di langit tak terhingga itu. Bulannya yang besar seakan melotot dan bertanya kepada dara yang duduk sendiri di tempat sepi ini, sedang apa? Lalu dara berbisik pada dirinya sendiri...
Sedang apa aku disini?
Selain sendiri menatap indahnya dunia malam, membiarkan dipeluk angin semilir dan mengisi keheningan dan kekosongan malam dengan segelintir lagu. Apa? Aku butuh teman, seorang yang bisa bertukar pikiran denganku saat ini, karena pada akhirnya aku masih merasa kesepian. Dan satu-satunya nama yang aku pikirkan saat aku mencari teman dalam pikiranku, itu kamu. Yang biasanya memang disni dan selalu disni, mengalihkan pikiranku dengan caramu sendiri, dari beragam kepenatan yang menggangguku dan hariku. Apa saja yang kamu lanturkan akan membuat sepercik api kesedihan atau amarah, padam menjadi abu yang terus hilang ditiup angin sipu-sipu.
Sepenuhnya kebebasan ini milikku, dimalam yang indah, yang terang, yang tanpa kekang. Dan aku ingin berbagi hati bebas ini denganmu. Sekali lagi saja, sebelum kamu pergi.
Benar-benar pergi.
No comments:
Post a Comment