My photo
Currently seeking therapy through literature. Wrote a novel once, Eccedentesiast (2013), and will proceed on writing casually. Don't take these writings seriously, don't let it question yourself.

Monday, May 6, 2013

Diantara Pelukan Sore

Hari ini jadwal mengajarku lebih ringan dari pada minggu-minggu biasanya selama bertahun-tahun. Bahasa Indonesia yang terlihat sangat mudah untuk dijadikan bahan mengajar dan dipelajari ternyata menjadi sulit. Entah apa karena mereka yang terlalu menganggap enteng, atau memang... sulit? Biarlah, bukan urusan aku lagi. Yang jelas, aku semangat menjalani hari ini karena aku bisa kembali pulang ke rumah lebih cepat.

Pagi ini aku diantar oleh suamiku yang sudah siap pergi ke kantor seperti biasa. Aku membuka gerbang dengan cerahnya dan menengadah pada sang Surya. 
Selamat pagi!

Senyum yang lebar dan tulus ini sangat bersemangat memeluk mimik wajahku. Ternyata, yang murid-muridku sebut "free time" itu menyenangkan bukan hanya untuk mereka, tetapi untukku juga. 

Sejalannya waktu, jam pelajaran aku tembus satu-satu dengan sabar. Berkali-kali aku melirik ke jam hapeku yang baterainya sudah bocor. Dan sampailah pada waktunya dia off karena baterai sudah tidak ada. Sial! Aku lupa membawa charger. 

Perhatianku beralih pada jam dinding yang terpampang berseragam di sudut ruangan yang sama meski dalam ruangan yang berbeda. Entah mengapa, setidaknya hari ini saja bisa pulang cepat dapat meleraikan penat yang tidur dalam seluruh pucuk tubuhku ini (yang berakar sampai ke hati). 

tiga,
dua,
satu,
akhirnya jam pelajaran terakhir selesai, bell telah berbunyi dan itu semua menandakan kebebasanku untuk berjalan pulang. 

Sesampainya di rumah aku terduduk diam di sofa dalam keheningan. Suamiku belum pulang kantor (biasanya dia pulang sore). TV belum aku nyalakan, AC, kipas angin semua masih diam. Aku mensyukuri setiap keheningan yang menenangkan ini dibanding kepenatan yang terkicau oleh murid-murid SMA yang binal. 

Cukup puas, lama-lama keheningan ini melarutkan aku dalam pikiran yang sesat. Entah ini menyeramkan atau...
Lalu aku mulai menyalakan TV, AC lalu ke kamar untuk mengambil baju agar aku lebih bersih setidaknya. Saat aku berjalan ke kamar mandi ingin cuci muka, aku mendengar suara air bak mengalir dan orang bergumam rintihan melodi. 
"Sayang kamu sudah pulang juga ternyata. Maaf hapeku low sampe off jadi gak dapet kabar kamu."
Tetapi tidak ada balasan, mungkin gemericik air terlalu keras dia tidak bisa mendengar, pikirku begitu. Lagi pula ada siapa lagi yang bisa masuk ke rumah ini selain aku dan suamiku? Hanya kami yang memegang kunci.

Oh ya, hape belom di charge. Kembali lagi aku ke kamar, mencari charger dan lalu ganti baju saja. Aku mencolok hapeku di dekat sofa, seperti anak muda, sembari menunggu aku suka juga bermain hape sendiri. Lalu aku merebahkan sofa bedku dan tiduran. Aku benar-benar lelah, mungkin memejamkan mata sebentar tidak ada salahnya sembari menunggu suamiku keluar dari kamar mandi. Tidak terasa ternyata aku tertidur.

Tak lama kemudian aku terbangun dalam pelukan suamiku. Wanginya manis, seperti biasa dia memakai parfum kesukaannya. Tidak terlalu banyak, tidak terlalu kurang, tapi begitu saja. Tubuhnya hangat, tangannya yang memlukku dari belakang nyaman sekali. 
"Tumben romantis sih?"
Dia terdiam.
Lalu aku merogoh bawah bantal sofa mencari hapeku dan ingin melihat pesan-pesan apa saja yang aku lewatkan sebelum bertatap mata yang indah dan sama selama 3 tahun itu. 

"Oh ini sms kamu ya?"

Received @ 11.23 am
Sayang aku pulang agak malam ya, I'll probably miss dinner. Maafin suamimu tercinta ini ya hehe. Kerjaan numpuk nih di kantor, Pak Boss marah-marah. See you love. 

Tapi... bukannya dia sedang memelukku dibelakang? 

No comments: